Entah kenapa malam ini lebih sepi dari biasanya. Baik kendaraan maupun orang-orang yang lewat sudah hampir tidak ada. “Sepi dan gelap, ini dia..” pikirku sambil tersenyum senang. Saat ini aku yang baru berusia 22 tahun telah menjadi salah satu orang yang berpengaruh di dunia hitam. Dan jalan-jalan di malam yang sepi dan gelap ini, sudah menjadi kebiasaanku sejak dulu.
Pukul 11 malam aku berjalan dari rumah pemberian ‘bos’ yang berada di pinggiran menuju ke tengah kota, dan akan kembali lagi ketika matahari sudah terbit. Entah apa yang kucari, aku hanya senang berjalan-jalan seperti ini, sambil menunggu kalau saja ada penjahat-penjahat kelas bawah yang tidak mengenaliku sebagai penguasa daerah ini mencoba untuk menyerangku. Ya, mungkin itu alasannya. Pisau tentara yang kucuri dari pasar loak disaat remaja, yang sudah menjadi temanku sejak lama ini, membuatku merasa mempunyai kekuatan dan keberanian yang tak terbatas saat melakukan kegiatan ini. Aku pun tak segan-segan untuk menancapkan pisau ini kepada siapa pun yang berani macam-macam denganku, walaupun sampai saat ini aku belum pernah mengalami serangan-serangan ‘bodoh’ seperti itu karena mungkin aku sudah cukup dikenali di daerah ini
Kegelapan, dunia hitam, dan kejahatan. Kerabat dekat selain pisau tentara yang tergantung di pinggangku. Gelap, semuanya gelap. Jalanan ini, sudut-sudut kota, pekerjaanku, dan juga masa laluku. Sebuah masa lalu yang kelam adalah alasan mengapa aku menjadi seperti ini. Terbiasa hidup di rumah penuh kasih sayang dan kehangatan orang tua yang selalu akur, membuat diriku tumbuh dengan sewajarnya. Aku sangat bahagia waktu itu…
Kelas 5 SD, terjadi kecelakaan yang membuat hidupku berubah 180 derajat. Atap pabrik tempat ayah dan ibuku bekerja ambruk. Kejadian ini menewaskan beberapa orang pekerja termasuk kedua orang tuaku. Kesalahan memang pada pemilik pabrik yang bersikeras untuk tidak merenovasi pabrik yang sudah seperti bangunan tak layak berdiri dan sewaktu-waktu akan rubuh. Ia beralasan untuk menekan biaya pengeluaran dan agar tidak menghambat produksi dengan renovasi di tiap-tiap sudut pabrik. Aku yang masih kecil dengan menahan kesal dan tangis yang luar biasa, mencoba meminta pertanggung jawaban dari pemilik pabrik. Tapi jawabannya sungguh menyayat hati.
Continue reading “Sebuah Masa Lalu” →