Tulisan Bebas

Teman Kerja atau Rekan Kerja?

Sejak SD kita sudah diajari dan mengerti jika terdapat tugas atau kegiatan yang melibatkan orang banyak, kita diharuskan untuk membentuk baik itu 4, 5, hingga 10 orang. Terkadang kelompok-kelompok tersebut dipilihkan oleh guru dengan menentukan dari tempat duduknya ataupun dari nomor urut presensi kita. Terkadang juga kita bisa memilih sendiri kelompok yang kita inginkan agar saat kerja kelompok kita bisa lebih enjoy dan santai, bahkan agar meminimalisir perselisihan.

Sebagai mahasiswa PWK yang sarat akan kegiatan kelompok, malah hampir di setiap mata kuliah tugas-tugas yang diberikan oleh dosen merupakan tugas kelompok. Jadi saya sudah familiar banget dengan yang namanya kelompokan dan lain sebagainya. Bukan hanya dalam mengerjakan tugs saja yang butuh kelompokan, kegiatan-kegiatan lain seperti organisasi maupun kepanitiaan biasnya sering sekali mengadakan ‘kelompokan’ atau yang akrab disebut rapat.

Lanjut baca

Tulisan Bebas

Semester Tiga, Waktunya ke Desa!

Akhirnya ketemu lagi, akhirnya saya update blog lagi. Kira-kira udah 8 bulan sejak terakhir kali update.

Ohiya sebelumnya selamat tahun baru 2016!

Okelah, seperti yang semua tau, tiap semester jurusan saya ada yang namanya mata kuliah studio. Setelah kemarin di semester 2 lingkupnya kelurahan, semester tiga ini lebih seru lagi. Nama studionya Studio Perencanaan Desa, jadi udah jelas bahwa kami harus pergi ke desa untuk survei dan melakukan perencanaan disana.

Permulaan..

Tanggal 8 Agustus 2015 diadakan tes wawancara untuk menyeleksi mahasiswa yang kelompoknya bakalan diikuti oleh mahasiswa-mahasiswa dan profesor dari Jepang, tepatnya dari Universita Kyoto dimana ini adalah program dari dosen pengampu mata kuliah studio ini karena memang salah satu profesornya adalah profesor dari dosen saya waktu masih kuliah di Jepang dulu.

Lanjuut

Tulisan Bebas

Semester Dua Pun Selesai!

Halo haloo!

Jumpa lagi dengan saya. Sebelumnya Minal Aidin Wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir dan Bathin, Selamat Hari Raya Idul Fitri 1436 H! Selamat lebaran, bagi yang mudik semoga sampai tujuan dengan lancar dan kembalinya juga lancar. *telat*

Engga papa deh..

Yah, seperti yang kita tahu, saat ini saya sedang menjalani liburan setelah sekian lama berjuang di semester dua kemarin. Semester dua ini bener-bener berbeda dan jauh lebih berat dengan semester pertama saya kuliah di PWK. Udah pernah saya jelasin di postingan ini, dimana saya tulis bahwa semester kedua saya akan menghadapi Studio Permukiman Kota atau dulunya dikenal dengan Analisis Perencanaan Permukiman Kota yang dari kata senior studio ini adalah yang paling menguras tenaga, waktu, dan juga biaya. Dan itu benar adanya. Kalo dulu di semester pertama menyurvei 1 RW doang dan cuma satu kali presentasi, semester dua kami survei satu kelurahan dan ada 4 kali presentasi! Wauw, peningkatan level yang drastis banget bukan?

Continue reading “Semester Dua Pun Selesai!”

Tulisan Bebas

Tujuan Ngeblog?

Ngeblog akhir-akhir ini udah jadi hobi gaya hidup kebanyakan orang. Enggak dikit juga yang menjadikan ngeblog sebagai aktivitas untuk mencari uang, yaitu pekerjaan. Buktinya ada banyak sekali blogger-blogger yang sukses berpenghasilan ribuan dollar perbulan dengan bermain adsense di blog yang jumlahnya bisa 5, 10, bahkan lebih.

Salah satu contohnya adalah Eka Lesmana. Dari tukang angon bebek kini jadi jutawan gara-gara konsisten mengelola blognya. (sumber) Siapa yang gak mau kayak dia? Jujur saya pun mau kalo dari aktivitas ngeblog ini bisa dapet ribuan dollar perbulannya. Tapi untuk jadi seperti dia, saya kira enggak mudah. Dapat uang dari ngeblog dibutuhkan konsistensi dan keyakinan dan juga sifat pantang menyerah yang luar biasa. Yang tentu saja gak semua orang punya kan.

Lanjut baca!

Jalan-jalan

Jalan-jalan Singkat ke Coban Rondo

Entah kenapa, hari kamis itu (21/5) hari sepertinya bener-bener kosong tanpa kegiatan. Biasanya ada aja tugas yang harus dikerjain, revisian yang harus di kirim ke asisten, yang semua-muanya punya deadline yang mencekik. Tapi enggak buat hari itu.

Hari kamis berarti cuma ada 1 mata kuliah yang harus saya dan teman-teman jalanin. Berhubung waktu itu enggak ada dosen, jadinya cuma diberi tugas yang gak begitu berat. Kelar bikin tugas otomatis jadwal jadwal kosong melompong dong. Akhirnya daripada gabut gak ada kerjaan di kampus, kami milih buat jalan-jalan aja ke Coban Rondo di daerah Pujon, Kabupaten Malang.

Jadi, Coban itu artinya air terjun, dan Rondo artinya janda. Coban Rondo berarti Air Terjun Janda. Legendanya sih dulu ada pasangan yang habis menikah. Lalu pergi ke Gunung Anjasmoro untuk wisata, walaupun dilarang tetep aja pasangan itu bersikeras pergi kesana. Di tengah jalan mereka dihadang oleh seseorang yang menyebabkan sang suami tewas dan sang istri menjadi rondo atau janda. (sumber: ingatan yang gak terlalu kuat) Untuk lebih jelasnya bisa googling aja deh.

Dilanjutkan yuk

Tulisan Bebas

Bedanya di Perantauan dengan di Rumah

Dulu waktu masih SMA, gue diberikan kebebasan dalam menentukan universitas dan apakah ingin merantau atau tetap di Denpasar. Gue putuskan buat menuju UB yang letaknya di Malang. Setelah alhamdulillah diterima, akhirnya tiba saat gue harus pergi ke Malang yang berarti gue harus merantau, jauh dari rumah, jauh dari orang tua dan adik-adik, yang sering bikin kangen berat pengen pulang tapi masih terlilit hutang tugas serta deadline yang mencekik.

Selama 2 semester ini menjalani perkuliahan dan 1 kali pulang ke Denpasar saat libur semester 1 kemarin, gue mendapati sesuatu yang janggal. Yaitu perbedaan kualitas saat di perantauan dan juga saat di rumah. Enggak, jangan bilang perbaikan gizi. Perbaikan gizi itu udah menjadi kewajiban saat pulang ke rumah. Bayangin aja selama di rantau gue cuma makan lalapan, pecel, tahu telor, kadang-kadang nasi padang atau mcd, dan lebih kadang-kadang lagi makan di tempat yang sedikit cozy sama pacar kalo uang saku masih ada sisa.

Selain perbaikan gizi, hal itu adalah TIDUR..

“Emang bedanya tidur di perantauan sama di rumah apaan?!”

Monggo dilanjutkan

Fiksi

Sebuah Masa Lalu

Entah kenapa malam ini lebih sepi dari biasanya. Baik kendaraan maupun orang-orang yang lewat sudah hampir tidak ada. “Sepi dan gelap, ini dia..” pikirku sambil tersenyum senang. Saat ini aku yang baru berusia 22 tahun telah menjadi salah satu orang yang berpengaruh di dunia hitam. Dan jalan-jalan di malam yang sepi dan gelap ini, sudah menjadi kebiasaanku sejak dulu.

Pukul 11 malam aku berjalan dari rumah pemberian ‘bos’ yang berada di pinggiran menuju ke tengah kota, dan akan kembali lagi ketika matahari sudah terbit. Entah apa yang kucari, aku hanya senang berjalan-jalan seperti ini, sambil menunggu kalau saja ada penjahat-penjahat kelas bawah yang tidak mengenaliku sebagai penguasa daerah ini mencoba untuk menyerangku. Ya, mungkin itu alasannya. Pisau tentara yang kucuri dari pasar loak disaat remaja, yang sudah menjadi temanku sejak lama ini, membuatku merasa mempunyai kekuatan dan keberanian yang tak terbatas saat melakukan kegiatan ini. Aku pun tak segan-segan untuk menancapkan pisau ini kepada siapa pun yang berani macam-macam denganku, walaupun sampai saat ini aku belum pernah mengalami serangan-serangan ‘bodoh’ seperti itu karena mungkin aku sudah cukup dikenali di daerah ini

Kegelapan, dunia hitam, dan kejahatan. Kerabat dekat selain pisau tentara yang tergantung di pinggangku. Gelap, semuanya gelap. Jalanan ini, sudut-sudut kota, pekerjaanku, dan juga masa laluku. Sebuah masa lalu yang kelam adalah alasan mengapa aku menjadi seperti ini. Terbiasa hidup di rumah penuh kasih sayang dan kehangatan orang tua yang selalu akur, membuat diriku tumbuh dengan sewajarnya. Aku sangat bahagia waktu itu…

Kelas 5 SD, terjadi kecelakaan yang membuat hidupku berubah 180 derajat. Atap pabrik tempat ayah dan ibuku bekerja ambruk. Kejadian ini menewaskan beberapa orang pekerja termasuk kedua orang tuaku. Kesalahan memang pada pemilik pabrik yang bersikeras untuk tidak merenovasi pabrik yang sudah seperti bangunan tak layak berdiri dan sewaktu-waktu akan rubuh. Ia beralasan untuk menekan biaya pengeluaran dan agar tidak menghambat produksi dengan renovasi di tiap-tiap sudut pabrik. Aku yang masih kecil dengan menahan kesal dan tangis yang luar biasa, mencoba meminta pertanggung jawaban dari pemilik pabrik. Tapi jawabannya sungguh menyayat hati.

Continue reading “Sebuah Masa Lalu”